Perusahaan Go Public
Perusahaan Go Public investasi menguntungkan. Apa manfaat go public menjadi perusahaan terbuka Tbk? Perusahaan Adaro Energy adalah perusahaan yang sedang hangat dibicarakan setelah melakukan IPO. Dengan melakukan IPO, perusahaan berubah dari perusahaan tertutup menjadi perusahan terbuka atau perusahaan tbk.
Kenapa perusahaan terbuka go public? 4 manfaat utama perusahaan go public:
• mendapatkan tambahan modal dari masyarakat investor
• membagi risiko usaha bisnis dengan para investor saham
• reputasi perusahaan menjadi lebih bonafit, karena sebelum go public perusahaan harus menjalani proses go public yang ketat terlebih dahulu
• perusahaan go public akan mendapatkan potongan PPh sebesar 5%
Banyak keuntungan perusahaan go public, tidak heran semakin banyak perusahaan private go public. Dengan berbagai keuntungan yang didapat, masa depan pasar modal investasi saham Indonesia cerah. Makin banyak pilihan investasi Indonesia.
Tips investasi bisnis: Apakah anda seorang pemilik perusahaan bisnis? nikmati keuntungan manfaat bisnis perusahaan go public business.
Selasa, 18 Oktober 2011
MOTIVASI, KOMUNIKASI DAN KEPEMIMPINAN (tugas 4)
A. Motivasi
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan
Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.
Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.
• Mc Gregor
Teori perilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.
• Abraham Maslow
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex, (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual, (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs), (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status, (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
• David Mc Celland
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat, (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya, (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
• Herzberg
Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
1. Jenis-Jenis Motivasi
Menurut Sardiman (2005:89-91), motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif–motif (daya penggerak) yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena di dalam diri setiap individu sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi Ekstrinsik
Dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu itu bersumber pada suatu kebutuhan kebutuhan yang harus dipenuhi.
B. Komunikasi
1. Macam-macam Jaringan Komunikasi
a. Local Area Network (LAN)
LAN merupakan jaringan milik pribadi di dalam sebuah gedung atau kampus yang berukuran sampai beberapa kilometer. LAN seringkali digunakan untuk menghubungkan komputer-komputer pribadi dan workstation dalam kantor suatu perusahaan atau pabrik-pabrik untuk memakai bersama sumberdaya (resouce, misalnya printer) dan saling bertukar informasi.
b. Metropolitan Area Network (MAN)
MAN pada dasarnya merupakan versi LAN yang berukuran lebih besar dan biasanya menggunakan teknologi yang sama dengan LAN. MAN dapat mencakup kantor-kantor perusahaan yang letaknya berdekatan atau juga sebuah kota dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pribadi (swasta) atau umum. MAN mampu menunjang data dan suara, bahkan dapat berhubungan dengan jaringan televisi kabel.
c. Wide Area Network (WAN)
WAN jangkauannya mencakup daerah geografis yang luas, seringkali mencakup sebuah negara bahkan benua. WAN terdiri dari kumpulan mesin-mesin yang bertujuan untuk menjalankan program-program (aplikasi) pemakai.
d. Internet
Sebenarnya terdapat banyak jaringan didunia ini, seringkali menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang berbeda-beda . Orang yang terhubung ke jaringan sering berharap untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain yang terhubung ke jaringan lainnya. Keinginan seperti ini memerlukan hubungan antar jaringan yang seringkali tidak kampatibel dan berbeda. Biasanya untuk melakukan hal ini diperlukan sebuah mesin yang disebut gateway guna melakukan hubungan dan melaksanakan terjemahan yang diperlukan, baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Kumpulan jaringan yang terinterkoneksi inilah yang disebut dengan internet.
e. Peer-to-Peer
Peer artinya rekan sekerja. Peer-to-peer network adalah jaringan komputer yang terdiri dari beberapa komputer (biasanya tidak lebih dari 10 komputer dengan 1-2 printer). Dalam sistem jaringan ini yang diutamakan adalah penggunaan program, data dan printer secara bersama-sama. Pemakai komputer bernama Adi dapat memakai program yang dipasang di komputer Ida, dan mereka berdua dapat mencetak ke printer yang sama pada saat yang bersamaan.
Sistem jaringan ini juga dapat dipakai di rumah. Pemakai komputer yang memiliki komputer ‘kuno‘, misalnya AT, dan ingin membeli komputer baru, katakanlah Pentium IV atau DialCore, tidak perlu membuang komputer lamanya. Ia cukup memasang netword card di kedua komputernya kemudian dihubungkan dengan kabel yang khusus digunakan untuk sistem jaringan. Dibandingkan dengan ketiga cara diatas, sistem jaringan ini lebih sederhana sehingga lebih mudah dipejari dan dipakai.
C. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sesuai dengan tugas-tugas yang dilaksanakannya.
Locke et al(1991) mendefinisan kepemimpinan sebagai proses membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama. Sementara itu George R. Terry mengatakan bahwa, kepemimpinan adalah hubungan dimana di dalamnya antara orang dan pemimpin saling mempengaruhi agar mau bekerjasama berbagi tugas untuk mencapai keinginan sang pemimpin.
Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik suatu konklusi yang sama, bahwa masalah kepemimpinan adalah masalah sosial yang didalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik itu dengan cara mempengaruhi atau membujuk. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuanya dalam melaksanakan program-program yang telah ada, tetapi lebih dari itu ia harus mampu melibatkan seluruh lapisan organisasinya atau masyarakatnya untuk turut andil berperan secara aktif, sehingga akan memberikan kontribusi yang positif pula.
2. Gaya Kepemimpinan
Untuk meningkatkan efektiftas kepemimpinan dengan cara menyesuaiakan situasi dan kebutuhan/motivasi para bawahan, Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya. Reddin (1987) mengemukakan beberapa gaya kepemimpinan yang efektif sebagai gaya kepemimpinan esklusif, otokratik, pembina/pengembang, dan gara kepemimpinan birokratik. Sedangkan G.R. Terry membagi tipe-tipe kepemimpinan dalam enam tipe, yaitu tipe kepemimpinan pribadi, non pribadi, otoriter, demokratis, paternalistik dan tipe kepemimpinan menurut bakat. Sedangkan menurut kurt lewin, tipe-tipe kepemiminan ada tiga yaitu otokratis, demokratis dan Laissez-faire.
a. Gaya kepemimpinan eksklusif
yaitu pemimpin yang memperhatikan efektifitas, indvidualitas bawahan, dan kepentingan organisasi. Pemimpin ini bermotivasi tinggi, memperlakukan para bawahan sesuai individualitasnya msisng-masing, dan merupakan tim manajer.
b. Gaya kepemimpinan pembina/pengembang
yang menekankan efektifitas dan individu bawahan. Pemimpin berusaha mengembangkan potensi setiap bawahannya.
c. Gaya kepemimpinan birokratik
yaitu pemimpin yang menekankan efektifitas atas dasar peraturan dan prosedur. Pemimpin sangat terikat oleh peraturan dan prosedur ini. Yang seringkali hanya efektif terhadap pelaksanaan peraturan dan prosedur, belum tentu efektif terhadap tujuan organisasi.
d. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership)
Dalam sistem kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
e. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership)
Segala sesuatu kebijakan dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
f. Tipe kepemimpinan paternalistik
Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebaoakan dalam hubungan dalam hubungan pemimpin dengan kelompok. Tujuannya adlah untuk melindungi dan memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya. Adapun siaft-sifat pemimpin tipe paternalistik ialah:
- Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
- Bersikap terlalu melindungi
- Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif dan mengambil keputusan
- Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengabil inisiatif dan mengambil keputusan
- Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembagkan daya kreasi dan fantasi
- Sering bersikap maha tahu
g. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indegenous leadership)
Biasanya, kepemimpinan tipe ini timbul dari kelompok orang-orang informal, dimana mungkin mereka berlatih dengan adanya sistem kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan. Biasanya juga akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan diantara yang ada dalam kelompok tersebut menurut bidang keahliannya, dimana ia ikut berkecimpung.
h. Tipe kepemimpinan militeristik
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut :
- Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan
- Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya
- Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan
- Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
- Sukar menerima kritikan dari bawahannya
- Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
i. Tipe Kepemimpinan Otokratis
Pemimpin yang bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
- Sifat-sifat pemimpin yang otokratis:
- Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
- Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
- Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
- Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
- Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya
- Dalam melakukan penggerakan sering mempergunakan pendekatan yang mengandung paksaan dan punitif (bersifat hukuman).
j. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sam dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai pottensi yang berharga dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.
Ciri-ciri pemimpin yang demokratis:
- Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
- Selalu mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi para bawahannya
- Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya.
- Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan
- Memberikan kebebasan seluas luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibimbing dan diperbaiki agar tidak lagi berbuat kesalahan yang sama
- Selalu berusaha menjadikan bawahannya lebih sukses darinya
- Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
k. Tipe Kepemimpinan Laissez-faire
Pemimpin yang bertipe demikian segera menyerahkan sepenuhnya kepada bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggug jawabnya, setelah tujuan diterangkan kepadanya. Ia akan menerima laporan-laporan hasilnya dengantidak terlampau inisiatif. Semua pekerjaan tergantung pada inisiayif dan prakarsa dari para bawahan. Denandemikian, ia dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya untuk bekerja bebas tanpa hambatan.
l. Tipe Kepemimpinan Transformasional
Burn (1978) menjelaskan kepemimpinan transformasional sebagai suatu proses yang pada dasrnya para pemimpin dan pengikutnya saling menaikkan diri ketingkat moralitas dan motivasi yang tinggi. Para pemimpin adalah seorang yang sadar akan prinsip perkemangan organisasi dsn kinerja manusia sehingga ia berupaya mengembangkan segi kepemimpinannya secara utuh melalui pemotifasian terhadap setaf dan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan, dan kemanusiaan, bukan didsarkan pada emosi seperti mislanya keserakahan, kecemburuan, atau kebencian.
Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memiliki wawasan jauh kedepan dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini tapi masa dtang. Oleh karena itu pemimpin tranformasional adalah pemimpin yang dapat dikatakan pemimpin yang visioner.
Diantara karakteristik kepemimpinan transformasional ;
- Mempunyai kharisma yang telah diakuki oleh pengikutnya
- Menjadi sumber inspirasi bagi bawahannya dalam menciptakan etos kerja dan kinerja yang baik
- Mempunyai kepedulian dan empati terhadap bawahannya secara personal
- Mamapu menstimulasi pemikiran dan ide-ide bawahannya dengan baik.
m. Tipe Kepemimpinan Transaksional
Adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang diemban bawahan. Pemimpin adalah seorang yang men-design pekerjaan beserta mekanismenya, dan staf adalah seorang yang melasanakan tugas sesuai dengan kemmpuan dan keahlian.
Kepemimpinan transaksional lebih difokuskan pada peranannya sebagai manajer karena ia sangat terlibat dalam aspek-aspek prosedural manajerial yang metodologis dan fisik. Dikarenakan sistem kerja yang jelas dan merujuk kepada tugas yang diemban dan imbalan yang diterima sesuai dengan derajat pengorbanan dalam pekerjaan, maka kepemimpinan transaksional yang sesuai diterapkan ditengah-tengah staf yang belum matang, dan menekankan pada pelaksananaan tugas untuk mendapatkan intensif bukan pada katualisasi diri. Oleh karena itu kepemimpinan transaksional dihadapkan pada orang-orang yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dari segi sandang , pangan, dan papan.
Diantara ciri-cirinya;
- Para pemimpin percaya bahwa orang lebih cenderung senang diarahkan.
- Dorongan kontingen dalam bentuk reward dan punishment yang telah disepakati dalam kontrak kerja
- Pemimpin enggan membagi pengetahuan kepada staf
n. Tipe Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan adalah hal penting dalam organisasi. Sebagaimana dikatakan rasulullah,”apabila keluar tiga orang dalam suatu perjalanan, hendaknya salah seorang mereka dijadikan pemimpin” (al hadits). Suatu organisasi memiliki kompleksitas, baik barang/jasa maupunide, menghadapi berbagai perubahan yang senantiasa melingkupi setiap saat, menghadapi berbagai karakteristik personel yang dapat mengembangkan maupun melelahkan. Hal ini akan menjadi alasan diperlukan orang yang tampil mngatur, memberi pengaruh, menata dan mendamaikan, memberi penyejuk, dan dapat menetapkan tujuan yang tepat saat anggota tersesat atau kebingungan menetapkan arah. Disinilah perlunya pemimpin yang melaksanakan kepemimpinan.
o. Kepemimpinan kharismatik
Yang telah diketahui oleh para sarjan sebab sebab pemipin itu kharismatik adalah bahwa pemimpin itu mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.
Diantara karakteristik kepemimpinan kharismatik,
- Biasanya terdapat pad diri pemimpin agama, politik, dan gerakan sosial
- Memiliki kelebihan dan keutamaan karena anugerah tuhan, yaitu faktor bawaan sejak lahir yang dapat menumbuhkan kharisma. Memang ada diantara manusia yang dilahirkan dengan membawa gharizah (insting) dan potensi kepemimpinan yang kuat. Akat inilah yang kemudian ditumbuhkembangkan dan disalurkan kearah yang lebih baik, sehingga menjadi pemimpin yang sejati.
- Cenderung memiliki kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan, rasa percaya diri, pendirian dalam keyakinan, dan cita-citanya.
- Membutuhkan kekuasaan sebagai motivasi dan wasilah untuk mempengaruhi pengikutnya
- Memiliki rasa percaya diri dan pendirian yang kuat, yang akan meningkatkan besarnya rasa percaya diri para pengikutnya terhadap pertimbangan, pendapat keputusan, dan kebijakan pemimpin tersebut.
p. Tipe developer dan tipe compromiser
Tipe developer/pembangun
sifatnya: kreatif, dinamis, inovatif, memberikan atau melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan kepada bawahan.
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan
Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.
Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.
• Mc Gregor
Teori perilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.
• Abraham Maslow
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex, (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual, (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs), (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status, (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
• David Mc Celland
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat, (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya, (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
• Herzberg
Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
1. Jenis-Jenis Motivasi
Menurut Sardiman (2005:89-91), motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif–motif (daya penggerak) yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena di dalam diri setiap individu sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi Ekstrinsik
Dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu itu bersumber pada suatu kebutuhan kebutuhan yang harus dipenuhi.
B. Komunikasi
1. Macam-macam Jaringan Komunikasi
a. Local Area Network (LAN)
LAN merupakan jaringan milik pribadi di dalam sebuah gedung atau kampus yang berukuran sampai beberapa kilometer. LAN seringkali digunakan untuk menghubungkan komputer-komputer pribadi dan workstation dalam kantor suatu perusahaan atau pabrik-pabrik untuk memakai bersama sumberdaya (resouce, misalnya printer) dan saling bertukar informasi.
b. Metropolitan Area Network (MAN)
MAN pada dasarnya merupakan versi LAN yang berukuran lebih besar dan biasanya menggunakan teknologi yang sama dengan LAN. MAN dapat mencakup kantor-kantor perusahaan yang letaknya berdekatan atau juga sebuah kota dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pribadi (swasta) atau umum. MAN mampu menunjang data dan suara, bahkan dapat berhubungan dengan jaringan televisi kabel.
c. Wide Area Network (WAN)
WAN jangkauannya mencakup daerah geografis yang luas, seringkali mencakup sebuah negara bahkan benua. WAN terdiri dari kumpulan mesin-mesin yang bertujuan untuk menjalankan program-program (aplikasi) pemakai.
d. Internet
Sebenarnya terdapat banyak jaringan didunia ini, seringkali menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang berbeda-beda . Orang yang terhubung ke jaringan sering berharap untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain yang terhubung ke jaringan lainnya. Keinginan seperti ini memerlukan hubungan antar jaringan yang seringkali tidak kampatibel dan berbeda. Biasanya untuk melakukan hal ini diperlukan sebuah mesin yang disebut gateway guna melakukan hubungan dan melaksanakan terjemahan yang diperlukan, baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Kumpulan jaringan yang terinterkoneksi inilah yang disebut dengan internet.
e. Peer-to-Peer
Peer artinya rekan sekerja. Peer-to-peer network adalah jaringan komputer yang terdiri dari beberapa komputer (biasanya tidak lebih dari 10 komputer dengan 1-2 printer). Dalam sistem jaringan ini yang diutamakan adalah penggunaan program, data dan printer secara bersama-sama. Pemakai komputer bernama Adi dapat memakai program yang dipasang di komputer Ida, dan mereka berdua dapat mencetak ke printer yang sama pada saat yang bersamaan.
Sistem jaringan ini juga dapat dipakai di rumah. Pemakai komputer yang memiliki komputer ‘kuno‘, misalnya AT, dan ingin membeli komputer baru, katakanlah Pentium IV atau DialCore, tidak perlu membuang komputer lamanya. Ia cukup memasang netword card di kedua komputernya kemudian dihubungkan dengan kabel yang khusus digunakan untuk sistem jaringan. Dibandingkan dengan ketiga cara diatas, sistem jaringan ini lebih sederhana sehingga lebih mudah dipejari dan dipakai.
C. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sesuai dengan tugas-tugas yang dilaksanakannya.
Locke et al(1991) mendefinisan kepemimpinan sebagai proses membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama. Sementara itu George R. Terry mengatakan bahwa, kepemimpinan adalah hubungan dimana di dalamnya antara orang dan pemimpin saling mempengaruhi agar mau bekerjasama berbagi tugas untuk mencapai keinginan sang pemimpin.
Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik suatu konklusi yang sama, bahwa masalah kepemimpinan adalah masalah sosial yang didalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik itu dengan cara mempengaruhi atau membujuk. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuanya dalam melaksanakan program-program yang telah ada, tetapi lebih dari itu ia harus mampu melibatkan seluruh lapisan organisasinya atau masyarakatnya untuk turut andil berperan secara aktif, sehingga akan memberikan kontribusi yang positif pula.
2. Gaya Kepemimpinan
Untuk meningkatkan efektiftas kepemimpinan dengan cara menyesuaiakan situasi dan kebutuhan/motivasi para bawahan, Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya. Reddin (1987) mengemukakan beberapa gaya kepemimpinan yang efektif sebagai gaya kepemimpinan esklusif, otokratik, pembina/pengembang, dan gara kepemimpinan birokratik. Sedangkan G.R. Terry membagi tipe-tipe kepemimpinan dalam enam tipe, yaitu tipe kepemimpinan pribadi, non pribadi, otoriter, demokratis, paternalistik dan tipe kepemimpinan menurut bakat. Sedangkan menurut kurt lewin, tipe-tipe kepemiminan ada tiga yaitu otokratis, demokratis dan Laissez-faire.
a. Gaya kepemimpinan eksklusif
yaitu pemimpin yang memperhatikan efektifitas, indvidualitas bawahan, dan kepentingan organisasi. Pemimpin ini bermotivasi tinggi, memperlakukan para bawahan sesuai individualitasnya msisng-masing, dan merupakan tim manajer.
b. Gaya kepemimpinan pembina/pengembang
yang menekankan efektifitas dan individu bawahan. Pemimpin berusaha mengembangkan potensi setiap bawahannya.
c. Gaya kepemimpinan birokratik
yaitu pemimpin yang menekankan efektifitas atas dasar peraturan dan prosedur. Pemimpin sangat terikat oleh peraturan dan prosedur ini. Yang seringkali hanya efektif terhadap pelaksanaan peraturan dan prosedur, belum tentu efektif terhadap tujuan organisasi.
d. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership)
Dalam sistem kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
e. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership)
Segala sesuatu kebijakan dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
f. Tipe kepemimpinan paternalistik
Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebaoakan dalam hubungan dalam hubungan pemimpin dengan kelompok. Tujuannya adlah untuk melindungi dan memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya. Adapun siaft-sifat pemimpin tipe paternalistik ialah:
- Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
- Bersikap terlalu melindungi
- Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif dan mengambil keputusan
- Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengabil inisiatif dan mengambil keputusan
- Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembagkan daya kreasi dan fantasi
- Sering bersikap maha tahu
g. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indegenous leadership)
Biasanya, kepemimpinan tipe ini timbul dari kelompok orang-orang informal, dimana mungkin mereka berlatih dengan adanya sistem kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan. Biasanya juga akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan diantara yang ada dalam kelompok tersebut menurut bidang keahliannya, dimana ia ikut berkecimpung.
h. Tipe kepemimpinan militeristik
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut :
- Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan
- Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya
- Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan
- Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
- Sukar menerima kritikan dari bawahannya
- Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
i. Tipe Kepemimpinan Otokratis
Pemimpin yang bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
- Sifat-sifat pemimpin yang otokratis:
- Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
- Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
- Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
- Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
- Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya
- Dalam melakukan penggerakan sering mempergunakan pendekatan yang mengandung paksaan dan punitif (bersifat hukuman).
j. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sam dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai pottensi yang berharga dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.
Ciri-ciri pemimpin yang demokratis:
- Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
- Selalu mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi para bawahannya
- Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya.
- Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan
- Memberikan kebebasan seluas luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibimbing dan diperbaiki agar tidak lagi berbuat kesalahan yang sama
- Selalu berusaha menjadikan bawahannya lebih sukses darinya
- Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
k. Tipe Kepemimpinan Laissez-faire
Pemimpin yang bertipe demikian segera menyerahkan sepenuhnya kepada bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggug jawabnya, setelah tujuan diterangkan kepadanya. Ia akan menerima laporan-laporan hasilnya dengantidak terlampau inisiatif. Semua pekerjaan tergantung pada inisiayif dan prakarsa dari para bawahan. Denandemikian, ia dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya untuk bekerja bebas tanpa hambatan.
l. Tipe Kepemimpinan Transformasional
Burn (1978) menjelaskan kepemimpinan transformasional sebagai suatu proses yang pada dasrnya para pemimpin dan pengikutnya saling menaikkan diri ketingkat moralitas dan motivasi yang tinggi. Para pemimpin adalah seorang yang sadar akan prinsip perkemangan organisasi dsn kinerja manusia sehingga ia berupaya mengembangkan segi kepemimpinannya secara utuh melalui pemotifasian terhadap setaf dan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan, dan kemanusiaan, bukan didsarkan pada emosi seperti mislanya keserakahan, kecemburuan, atau kebencian.
Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memiliki wawasan jauh kedepan dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini tapi masa dtang. Oleh karena itu pemimpin tranformasional adalah pemimpin yang dapat dikatakan pemimpin yang visioner.
Diantara karakteristik kepemimpinan transformasional ;
- Mempunyai kharisma yang telah diakuki oleh pengikutnya
- Menjadi sumber inspirasi bagi bawahannya dalam menciptakan etos kerja dan kinerja yang baik
- Mempunyai kepedulian dan empati terhadap bawahannya secara personal
- Mamapu menstimulasi pemikiran dan ide-ide bawahannya dengan baik.
m. Tipe Kepemimpinan Transaksional
Adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang diemban bawahan. Pemimpin adalah seorang yang men-design pekerjaan beserta mekanismenya, dan staf adalah seorang yang melasanakan tugas sesuai dengan kemmpuan dan keahlian.
Kepemimpinan transaksional lebih difokuskan pada peranannya sebagai manajer karena ia sangat terlibat dalam aspek-aspek prosedural manajerial yang metodologis dan fisik. Dikarenakan sistem kerja yang jelas dan merujuk kepada tugas yang diemban dan imbalan yang diterima sesuai dengan derajat pengorbanan dalam pekerjaan, maka kepemimpinan transaksional yang sesuai diterapkan ditengah-tengah staf yang belum matang, dan menekankan pada pelaksananaan tugas untuk mendapatkan intensif bukan pada katualisasi diri. Oleh karena itu kepemimpinan transaksional dihadapkan pada orang-orang yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dari segi sandang , pangan, dan papan.
Diantara ciri-cirinya;
- Para pemimpin percaya bahwa orang lebih cenderung senang diarahkan.
- Dorongan kontingen dalam bentuk reward dan punishment yang telah disepakati dalam kontrak kerja
- Pemimpin enggan membagi pengetahuan kepada staf
n. Tipe Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan adalah hal penting dalam organisasi. Sebagaimana dikatakan rasulullah,”apabila keluar tiga orang dalam suatu perjalanan, hendaknya salah seorang mereka dijadikan pemimpin” (al hadits). Suatu organisasi memiliki kompleksitas, baik barang/jasa maupunide, menghadapi berbagai perubahan yang senantiasa melingkupi setiap saat, menghadapi berbagai karakteristik personel yang dapat mengembangkan maupun melelahkan. Hal ini akan menjadi alasan diperlukan orang yang tampil mngatur, memberi pengaruh, menata dan mendamaikan, memberi penyejuk, dan dapat menetapkan tujuan yang tepat saat anggota tersesat atau kebingungan menetapkan arah. Disinilah perlunya pemimpin yang melaksanakan kepemimpinan.
o. Kepemimpinan kharismatik
Yang telah diketahui oleh para sarjan sebab sebab pemipin itu kharismatik adalah bahwa pemimpin itu mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.
Diantara karakteristik kepemimpinan kharismatik,
- Biasanya terdapat pad diri pemimpin agama, politik, dan gerakan sosial
- Memiliki kelebihan dan keutamaan karena anugerah tuhan, yaitu faktor bawaan sejak lahir yang dapat menumbuhkan kharisma. Memang ada diantara manusia yang dilahirkan dengan membawa gharizah (insting) dan potensi kepemimpinan yang kuat. Akat inilah yang kemudian ditumbuhkembangkan dan disalurkan kearah yang lebih baik, sehingga menjadi pemimpin yang sejati.
- Cenderung memiliki kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan, rasa percaya diri, pendirian dalam keyakinan, dan cita-citanya.
- Membutuhkan kekuasaan sebagai motivasi dan wasilah untuk mempengaruhi pengikutnya
- Memiliki rasa percaya diri dan pendirian yang kuat, yang akan meningkatkan besarnya rasa percaya diri para pengikutnya terhadap pertimbangan, pendapat keputusan, dan kebijakan pemimpin tersebut.
p. Tipe developer dan tipe compromiser
Tipe developer/pembangun
sifatnya: kreatif, dinamis, inovatif, memberikan atau melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan kepada bawahan.
KONFLIK DAN FAKTOR-FAKTORNYA (tugas 3)
Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Faktor Penyebab Konflik
• Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
• Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
• Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
• Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Mediator yang Menyelesaikan
Sebahagian pihak setuju dengan pandangan bahwa konflik merupakan suatu hal yang dianggap negatif. Konflik dianggap merugikan karena dapat merusak keseimbangan sistem dan disintegrasi struktur sosial, sehingga harus dihindari. Jika pun terjadi, konflik harus ditangani sehingga tidak berdampak terhadap kehancuran sistem. Namun juga tidak sedikit kalangan yang menyatakan konflik juga fungsional terhadap keseimbangan sistem. Konflik malah harus dipelihara pada beberapa sisi karena dapat berguna memperkuat sebuah organisasi dari serangan eksternal dan gejolak internal.
Dua pandangan itu masih sama-sama berlaku, walaupun pandangan pertama masih lebih dominan pandangan yang menganggap fungsi positif dari konflik. Menurut perspektif pertama, konflik kerap membuat sebuah sistem menjadi tidak stabil karena menciptakan bentuan-benturan kepentingan yang bersifat disfungsional. Agar terhindar dari dampak negatif, konflik harus diredakan sehingga tidak merusak tujuan-tujuan yang telah direncanakan.
Strategi penanganan konflik tersebutlah yang kemudian banyak digeluti oleh banyak pihak. Alih-alih menyumbang kestabilan sistem, penanganan konflik malah saat ini sudah menjadi sub sistem baru yang memiliki peran penting. Salah satu strategi penanganan konflik yang kerap digunakan adalah melalui mediasi. Mediasi merupakan sebuah strategi penanganan konflik yang menempatkan pihak netral di tengah-tengah pihak yang berkonflik.
Mediasi sendiri sebenarnya lahir dari percampuran pendekatan, yakni pendekatan moral dan sistem. Secara moral, sistem nilai kita memberlakukan pihak netral sebagai komponen yang memiliki kepentingan terendah dibandingkan dengan pihak lainnya, sehingga penilaian dan pandangannya sangat diperlukan. Pendekatan sistem menawarkan prinsip bahwasannya keseimbangan lahir dari sebuah proses internal dan meletakkan keterhubungan komponen-komponen di dalam sebuah sistem dicapai melalui pengintegrasian bagian-bagian yang ada di dalamnya. Ada juga sebenarnya pendekatan ilmiah yang turut menjadi landasan mediasi. Pendekatan ilmiah menanamkan prinsip objektivitas dan non etik. Prinsip ini sangat penting karena netralitas hanya dapat diwujudkan dengan objektivitas dan prinsip non etis tersebut.
Proses mediasi saat ini cukup awam diberlakukan karena memiliki kesesuaian dengan modernitas sistem. Penggunaan mediasi cocok dengan semakin rasionalnya birokrasi, sehingga banyak digunakan oleh organisasi-organisasi modern.
Sampai saat ini tentu saja tidaklah mudah mengatakan penggunaan mediasi lebih efektif dalam menangani konflik dibandingkan pendekatan lainnya. Namun fakta memperlihatkan konflik lebih banyak diselesaikan melalui jalur hukum.
Tanpa bermaksud untuk meragukan penerapan mediasi yang serik sekali gagal menyelesaikan konflik sosial. Salah satu faktor penyebabbnya adalah kecenderungan mediasi yang hanya berusaha meredakan
konflik tanpa diarahkan pada penyelesaian.
Paradigma pemikiran tersebut lazim dianut oleh masyarakat dan juga mediator, sehingga akhir dari semuah proses mediasi sangat jarang berakhir dengan keputusan yang menguntungkan kedua belah pihak. Dalam perspektif Sosiologi, juga cenderung menawarkan hal yang sama, terutama dalam teori etnometodologis. Pendekatan etnometodologis memberikan tawaran analisis kehidupan sehari-hari terhadap realitas sosial. Salah satunya adalah analisis dalam percakapan dan komunikasi.
Analisis etnometodologis menganggap percakapan sebagai salah satu realitas yang menentukan sistem sosial. Melalui percakapan dapat diketahui bagaimana masyarakat membangun kesepahaman dan membentuk realitasnya. Realitas dimaksud disini adalah keseimbangan sistem sosial.
Berdasarkan landasan tersebut maka dimungkinkan metode etnometodologis digunakan dalam menyelesaikan konflik. Prinsip etnometodologis cenderung menganggap proses mediasi harus dapat mengatur percakapan yang berlangsung dalam mediasi. Menurut pendekatan ini, pengaturan atau mekanisme dalam percakapan yang penting dibandingkan dengan kepentingan pihak-pihak. Pengaturan percakapan menjadi penting karena pada saat itulah pihak-pihak yang terlibat membentuk sebuah keteraturan. Namun percakapan antar pihak tidaklah boleh terjadi secara langsung. Artinya, harus ada pengaturan, sehingga percakapan antar pihak tidak dilakukan secara langsung, namun harus melalui moderator yang dalam hal ini diperankan oleh mediator.
Pendekatan etnometodologis menganggap, percakapan langsung antara pihak berkonflik malah akan mempertegang pertentangan, karena pola seperti itu meningkatkan intensitas perdebatan. Jika pola percakapan langsung tersebut dibiarkan, maka akan terjadi pelebaran fokus persoalan. Masalah pokok yang seharusnya dibicarakan bisa saja terlupakan dengan cara seperti itu, malah hal-hal lain yang berada di luar pokok persoalanlah yang akan memacu persengketaan.
Tugas seorang mediator dalam hal ini bukan hanya mengatur bagaimana proses rembuk atau rapat mediasi berlangsung, namun sebenarnya lebih dari itu. Moderator sebagai pihak yang dianggap netral tentu saja tak bisa tidak bisa berdiri di satu pihak. Ia harus menjadi penengah dan tidak memiliki kecenderungan. Namun sebagai pihak yang netral, sering sekali ia kesulitan mendorong para pihak untuk mencari jalan tengah penyelesaian. Sikap patuh dan disiplin terhadap netralitas malah menjadi kendala, bahkan bisa menjadi bahan ketidakpercayaan para pihak atas kredibilitas mediator. Walaupun mediator tak boleh berpihak, paling tidak kenetralannya tersebut tidak benar-benar bebas nilai.
Yang dipentingkan bagi seorang mediator adalah bagaimana proses perdebatan dan rembuk dapat berjalan tertib dan mengkerucut pada keputusan atau solusi tertentu. Untuk itu ia harus mengatur percakapan sehingga tidak terjadi secara langsung. Mediator menjadi pihak yang mendengar dan menerjemahkan maksud dari percakapan satu pihak yang ditujukan pada pihak lain. Demikian sebaliknya, setelah mendengar, ia kemudian menyampaikan maksud tuntutan atau pernyataan tersebut kepada pihak lainnya. Fungsi tersebut bukan berarti mediator mereduksi keseluruhan maksud dari para pihak, namun mediator bisa me-reinterpretasi, menghaluskan, maupun mempertajam maksud dari pernyataan yang disampaikan pihak-pihak yang berkonflik.
Fungsi mendengar, memahami, me-reinterpretasi, menghaluskan dan mempertajam tersebut bukan berarti memoderasi konflik, namun tujuan utamanya adalah tetap menjaga alur konflik agar tidak melebar kepada hal-hal yang tidak menjadi persengketaan. Namun fungs ini juga harus dijalankan secara hati-hati, dimana para pihak sebelumnya harus memahami peran yang dijalankan oleh mediator. Sebelum pertemuan atau rembuk berlangsung, maka harus dibangun kesepakatan antar pihak sehingga paham dan mau mematuhi aturan main tersebut. Aturan main yang terpenting adalah bagaimana proses penyampaian pandangan atau tuntutan tidak berlangsung secara langsung, namun harus melalui moderator/mediator.
Selain menjaga alur percakapan atau perdebatan, fungsi pengaturan yang dijalankan oleh mediator juga dapat mencegah para pihak untuk berkonflik secara langsung. Jika dibiarkan, maka biasanya para pihak terjebak pada debat kusir yang kemudian mempertinggi intensitas konflik. Kehadiran dan fungsi mediator yang menjadi pihak pendengar, penerjemah dan penyampai maksud akan memperlunak potens meningginya tekanan pada forum pertemuan. Secara sederhana, ada sela waktu yang terjadi ketika para pihak tidak berdebat secara langsung. Sela waktu tersebut bisa meredakan ketegangan dan emosi para pihak, bahkan membuat para pihak mengurungkan niat untuk mengungkapkan sesuatu yang berada di luar konteks perdebatan. Tentu saja kelihatannya fungsi ini bisa dianggap strategi tersembunyi dari mediator, namun dalam kondisi perdebatan yang sangat tegang, peran ini sangat penting.
Ketika mediator bisa mengatur dan meredakan intensitas tekanan konflik di dalam forum, maka terbuka kemungkinan cukup besar untuk mengarahkan pembicaraan yang lebih solutif. Proses selanjutnya tentu saja sangat tergantung dari kemampuan mediator, sehingga perdebatan dan percakapan yang berlangsung dapat menemukan solus yang disepakati bersama.
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Faktor Penyebab Konflik
• Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
• Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
• Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
• Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Mediator yang Menyelesaikan
Sebahagian pihak setuju dengan pandangan bahwa konflik merupakan suatu hal yang dianggap negatif. Konflik dianggap merugikan karena dapat merusak keseimbangan sistem dan disintegrasi struktur sosial, sehingga harus dihindari. Jika pun terjadi, konflik harus ditangani sehingga tidak berdampak terhadap kehancuran sistem. Namun juga tidak sedikit kalangan yang menyatakan konflik juga fungsional terhadap keseimbangan sistem. Konflik malah harus dipelihara pada beberapa sisi karena dapat berguna memperkuat sebuah organisasi dari serangan eksternal dan gejolak internal.
Dua pandangan itu masih sama-sama berlaku, walaupun pandangan pertama masih lebih dominan pandangan yang menganggap fungsi positif dari konflik. Menurut perspektif pertama, konflik kerap membuat sebuah sistem menjadi tidak stabil karena menciptakan bentuan-benturan kepentingan yang bersifat disfungsional. Agar terhindar dari dampak negatif, konflik harus diredakan sehingga tidak merusak tujuan-tujuan yang telah direncanakan.
Strategi penanganan konflik tersebutlah yang kemudian banyak digeluti oleh banyak pihak. Alih-alih menyumbang kestabilan sistem, penanganan konflik malah saat ini sudah menjadi sub sistem baru yang memiliki peran penting. Salah satu strategi penanganan konflik yang kerap digunakan adalah melalui mediasi. Mediasi merupakan sebuah strategi penanganan konflik yang menempatkan pihak netral di tengah-tengah pihak yang berkonflik.
Mediasi sendiri sebenarnya lahir dari percampuran pendekatan, yakni pendekatan moral dan sistem. Secara moral, sistem nilai kita memberlakukan pihak netral sebagai komponen yang memiliki kepentingan terendah dibandingkan dengan pihak lainnya, sehingga penilaian dan pandangannya sangat diperlukan. Pendekatan sistem menawarkan prinsip bahwasannya keseimbangan lahir dari sebuah proses internal dan meletakkan keterhubungan komponen-komponen di dalam sebuah sistem dicapai melalui pengintegrasian bagian-bagian yang ada di dalamnya. Ada juga sebenarnya pendekatan ilmiah yang turut menjadi landasan mediasi. Pendekatan ilmiah menanamkan prinsip objektivitas dan non etik. Prinsip ini sangat penting karena netralitas hanya dapat diwujudkan dengan objektivitas dan prinsip non etis tersebut.
Proses mediasi saat ini cukup awam diberlakukan karena memiliki kesesuaian dengan modernitas sistem. Penggunaan mediasi cocok dengan semakin rasionalnya birokrasi, sehingga banyak digunakan oleh organisasi-organisasi modern.
Sampai saat ini tentu saja tidaklah mudah mengatakan penggunaan mediasi lebih efektif dalam menangani konflik dibandingkan pendekatan lainnya. Namun fakta memperlihatkan konflik lebih banyak diselesaikan melalui jalur hukum.
Tanpa bermaksud untuk meragukan penerapan mediasi yang serik sekali gagal menyelesaikan konflik sosial. Salah satu faktor penyebabbnya adalah kecenderungan mediasi yang hanya berusaha meredakan
konflik tanpa diarahkan pada penyelesaian.
Paradigma pemikiran tersebut lazim dianut oleh masyarakat dan juga mediator, sehingga akhir dari semuah proses mediasi sangat jarang berakhir dengan keputusan yang menguntungkan kedua belah pihak. Dalam perspektif Sosiologi, juga cenderung menawarkan hal yang sama, terutama dalam teori etnometodologis. Pendekatan etnometodologis memberikan tawaran analisis kehidupan sehari-hari terhadap realitas sosial. Salah satunya adalah analisis dalam percakapan dan komunikasi.
Analisis etnometodologis menganggap percakapan sebagai salah satu realitas yang menentukan sistem sosial. Melalui percakapan dapat diketahui bagaimana masyarakat membangun kesepahaman dan membentuk realitasnya. Realitas dimaksud disini adalah keseimbangan sistem sosial.
Berdasarkan landasan tersebut maka dimungkinkan metode etnometodologis digunakan dalam menyelesaikan konflik. Prinsip etnometodologis cenderung menganggap proses mediasi harus dapat mengatur percakapan yang berlangsung dalam mediasi. Menurut pendekatan ini, pengaturan atau mekanisme dalam percakapan yang penting dibandingkan dengan kepentingan pihak-pihak. Pengaturan percakapan menjadi penting karena pada saat itulah pihak-pihak yang terlibat membentuk sebuah keteraturan. Namun percakapan antar pihak tidaklah boleh terjadi secara langsung. Artinya, harus ada pengaturan, sehingga percakapan antar pihak tidak dilakukan secara langsung, namun harus melalui moderator yang dalam hal ini diperankan oleh mediator.
Pendekatan etnometodologis menganggap, percakapan langsung antara pihak berkonflik malah akan mempertegang pertentangan, karena pola seperti itu meningkatkan intensitas perdebatan. Jika pola percakapan langsung tersebut dibiarkan, maka akan terjadi pelebaran fokus persoalan. Masalah pokok yang seharusnya dibicarakan bisa saja terlupakan dengan cara seperti itu, malah hal-hal lain yang berada di luar pokok persoalanlah yang akan memacu persengketaan.
Tugas seorang mediator dalam hal ini bukan hanya mengatur bagaimana proses rembuk atau rapat mediasi berlangsung, namun sebenarnya lebih dari itu. Moderator sebagai pihak yang dianggap netral tentu saja tak bisa tidak bisa berdiri di satu pihak. Ia harus menjadi penengah dan tidak memiliki kecenderungan. Namun sebagai pihak yang netral, sering sekali ia kesulitan mendorong para pihak untuk mencari jalan tengah penyelesaian. Sikap patuh dan disiplin terhadap netralitas malah menjadi kendala, bahkan bisa menjadi bahan ketidakpercayaan para pihak atas kredibilitas mediator. Walaupun mediator tak boleh berpihak, paling tidak kenetralannya tersebut tidak benar-benar bebas nilai.
Yang dipentingkan bagi seorang mediator adalah bagaimana proses perdebatan dan rembuk dapat berjalan tertib dan mengkerucut pada keputusan atau solusi tertentu. Untuk itu ia harus mengatur percakapan sehingga tidak terjadi secara langsung. Mediator menjadi pihak yang mendengar dan menerjemahkan maksud dari percakapan satu pihak yang ditujukan pada pihak lain. Demikian sebaliknya, setelah mendengar, ia kemudian menyampaikan maksud tuntutan atau pernyataan tersebut kepada pihak lainnya. Fungsi tersebut bukan berarti mediator mereduksi keseluruhan maksud dari para pihak, namun mediator bisa me-reinterpretasi, menghaluskan, maupun mempertajam maksud dari pernyataan yang disampaikan pihak-pihak yang berkonflik.
Fungsi mendengar, memahami, me-reinterpretasi, menghaluskan dan mempertajam tersebut bukan berarti memoderasi konflik, namun tujuan utamanya adalah tetap menjaga alur konflik agar tidak melebar kepada hal-hal yang tidak menjadi persengketaan. Namun fungs ini juga harus dijalankan secara hati-hati, dimana para pihak sebelumnya harus memahami peran yang dijalankan oleh mediator. Sebelum pertemuan atau rembuk berlangsung, maka harus dibangun kesepakatan antar pihak sehingga paham dan mau mematuhi aturan main tersebut. Aturan main yang terpenting adalah bagaimana proses penyampaian pandangan atau tuntutan tidak berlangsung secara langsung, namun harus melalui moderator/mediator.
Selain menjaga alur percakapan atau perdebatan, fungsi pengaturan yang dijalankan oleh mediator juga dapat mencegah para pihak untuk berkonflik secara langsung. Jika dibiarkan, maka biasanya para pihak terjebak pada debat kusir yang kemudian mempertinggi intensitas konflik. Kehadiran dan fungsi mediator yang menjadi pihak pendengar, penerjemah dan penyampai maksud akan memperlunak potens meningginya tekanan pada forum pertemuan. Secara sederhana, ada sela waktu yang terjadi ketika para pihak tidak berdebat secara langsung. Sela waktu tersebut bisa meredakan ketegangan dan emosi para pihak, bahkan membuat para pihak mengurungkan niat untuk mengungkapkan sesuatu yang berada di luar konteks perdebatan. Tentu saja kelihatannya fungsi ini bisa dianggap strategi tersembunyi dari mediator, namun dalam kondisi perdebatan yang sangat tegang, peran ini sangat penting.
Ketika mediator bisa mengatur dan meredakan intensitas tekanan konflik di dalam forum, maka terbuka kemungkinan cukup besar untuk mengarahkan pembicaraan yang lebih solutif. Proses selanjutnya tentu saja sangat tergantung dari kemampuan mediator, sehingga perdebatan dan percakapan yang berlangsung dapat menemukan solus yang disepakati bersama.
ORGANISASI SOSIAL DAN INFORMAL (tugas 2)
Organisasi sosial
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak sd, Piknik bersama satu wilayah atau RT, dan lain-lain.
Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan. Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder menurut Hicks:
• Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi rimbal balik dan bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga tertentu.
• Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya.
Contoh Organisasi Informal
ARISAN
Arisan bisa di katakan sebagai organisasi informal karena organisasi ini terbentuk karena tidak adanya unsur di sengaja antara para pelakunya. Sebab organisasi ini di bentuk karena adanya rasa ketidakpuasan antara para pelaku dengan lingkungan sekitar. Baik itu dari segi ekonomi maupun linkunagan bermasyarakat, biasanya dalam organisasi ini para pelaku membuat suatu kegiatan untuk membuat orang lain baik dalam lingkungan masyarakat itu sendri ataupun masyarakat di lingkungan luar tertarik dan mau ikut dalam kegiatan ini. Biasanya para pelaku menarik perhatian tersebut dengan cara membuat sebuah undian. Undian itu bisa berupa uang ataupun barang, biasanya untuk menentukan siapakah pemenang tersebut para pelaku menggunakan cara kocokan. Apabila ada sebuah nama dari para pelaku tersebut keluar dalam kocokan tersebut, maka ia yang berhak menerima hadiah tersebut. Nampaknya hal itu efektif untuk memanggil para pelaku lainnya untuk masuk atau ikut dalam kegiatan tersebut. hal ini bisa di buktikan dalam semakin banyaknya kegiatan arisan baik dalam tingkat yang kecil, menengah ataupun besar.
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak sd, Piknik bersama satu wilayah atau RT, dan lain-lain.
Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan. Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder menurut Hicks:
• Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi rimbal balik dan bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga tertentu.
• Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya.
Contoh Organisasi Informal
ARISAN
Arisan bisa di katakan sebagai organisasi informal karena organisasi ini terbentuk karena tidak adanya unsur di sengaja antara para pelakunya. Sebab organisasi ini di bentuk karena adanya rasa ketidakpuasan antara para pelaku dengan lingkungan sekitar. Baik itu dari segi ekonomi maupun linkunagan bermasyarakat, biasanya dalam organisasi ini para pelaku membuat suatu kegiatan untuk membuat orang lain baik dalam lingkungan masyarakat itu sendri ataupun masyarakat di lingkungan luar tertarik dan mau ikut dalam kegiatan ini. Biasanya para pelaku menarik perhatian tersebut dengan cara membuat sebuah undian. Undian itu bisa berupa uang ataupun barang, biasanya untuk menentukan siapakah pemenang tersebut para pelaku menggunakan cara kocokan. Apabila ada sebuah nama dari para pelaku tersebut keluar dalam kocokan tersebut, maka ia yang berhak menerima hadiah tersebut. Nampaknya hal itu efektif untuk memanggil para pelaku lainnya untuk masuk atau ikut dalam kegiatan tersebut. hal ini bisa di buktikan dalam semakin banyaknya kegiatan arisan baik dalam tingkat yang kecil, menengah ataupun besar.
PENGERTIAN MANAJEMEN DAN ORGANISASI (tugas 1)
A. PENGERTIAN MANAJEMEN DAN ORGANISASI
Manajemen adalah suatu rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian / pengawasan) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, financial, fisik dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Manajemen juga dapat berarti bagaimana manajer tersebut dan manajer lainnya mengkombinasikan dan menggkoordinasikan berbagai jenis sumber daya tersebut dan mereka melakukannya dengan melaksanakan empat fungsi atau aktivitas manajerial dasar yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian / pengawasan.
Teori organisasi adalah studi tentang bagaimana organisasi menjalankan fungsinya dan bagaimana mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-orang yang bekerja di dalamnya ataupun masyarakat di lingkup kerja mereka.
Teori organisasi adalah suatu konsefsi, pandangan, tinjauan, ajaran, pendapat atau pendekatan tentang pemecahan masalah organisasi agar lebih berhasil dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Masalah adalah segala sesuatu yang segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kepentingan organisasi yang memerlukan pemecahan dan pengambilan keputusan. Dus masalah organisasi adalah memerlukan pemecahan dan pengambilan keputusan.
Ada banyak masalah yang dihadapi organisasi (kompleks) dan memerlukan pemecahan tersendiri sehingga muncul berbagai kajian untuk lebih memahami efektivitas organisasi.
Teori organisasi Muncul pada abad 19 dilatarbelakangi oleh Revolusi Inggris dan lahirnya perusahaan raksasa di Amerika Serikat.
a. Secara sederhana, organisasi adalah suatu kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat dengan peraturan yang ada.
b. Organisasi ialah suatu wadah atau tempat untuk melakukan kegiatan bersama, agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
c. Ciri-ciri organisasi ialah:
1) terdiri daripada dua orang atau lebih,
2) ada kerjasama,
3) ada komunikasi antar satu anggota dengan yang lain,
B. FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN menurut Para Ahli :
1. Menurut George R.Terry
- Perencanaan (Planning);
- Pengorganisasian (Organizing);
- Penggerakan (Actuating);
- Pengawasan (Controlling).
2. Menurut Luther M. Gulick yang disadur oleh Dr. BN.Silalai
- Perencanaan (Planning);
- Mengorganisir (Organizing);
- Melengkapkan Tenaga Kerja (Staffing);
- Mengarahkan (Directing);
- Menyelaras/Mengkoordinir (Coordinating);
- Melaporkan (Reporting);
- Menyusun Anggaran (Budgeting).
3. Menurut Henry Fayol
- Perencanaan (Planning);
- Mengorganisir (Organizing);
- Memerintah (Commanding);
- Mengkoordinir (Coordinating);
- Mengawasi (Controlling).
4. Menurut Koontz dan O. Donnel
- Perencanaan (Planning);
- Mengorganisir (Organizing);
- Melengkapkan Tenaga Kerja (Staffing);
- Mengarahkan (Directing);
- Mengawasi (Controlling).
C. BENTUK BAGAN ORGANISASI
1. Bentuk piramid. Bentuk yang paling banyak digunakan karena sederhana, jelas dan mudah dimengerti. Contohnya :
2. Bentuk vertikal. Bentuk yang agak menyerupai bentuk piramid dalam hal pelimpahan kekuasaan dari atas ke bawah, hanya bagan vertikal berwujud tegak sepenuhnya.
3. Bentuk horizontal. Bagan ini digambarkan secara mendatar, aliran wewenang dan tanggung jawab digambarkan dari kiri ke kanan. Contohnya :
4. Bentuk lingkaran. Bagan ini menekankan pada hubungan antara satu jabatan dengan jabatan lain. Contohnya :
Manajemen adalah suatu rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian / pengawasan) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, financial, fisik dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Manajemen juga dapat berarti bagaimana manajer tersebut dan manajer lainnya mengkombinasikan dan menggkoordinasikan berbagai jenis sumber daya tersebut dan mereka melakukannya dengan melaksanakan empat fungsi atau aktivitas manajerial dasar yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian / pengawasan.
Teori organisasi adalah studi tentang bagaimana organisasi menjalankan fungsinya dan bagaimana mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-orang yang bekerja di dalamnya ataupun masyarakat di lingkup kerja mereka.
Teori organisasi adalah suatu konsefsi, pandangan, tinjauan, ajaran, pendapat atau pendekatan tentang pemecahan masalah organisasi agar lebih berhasil dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Masalah adalah segala sesuatu yang segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kepentingan organisasi yang memerlukan pemecahan dan pengambilan keputusan. Dus masalah organisasi adalah memerlukan pemecahan dan pengambilan keputusan.
Ada banyak masalah yang dihadapi organisasi (kompleks) dan memerlukan pemecahan tersendiri sehingga muncul berbagai kajian untuk lebih memahami efektivitas organisasi.
Teori organisasi Muncul pada abad 19 dilatarbelakangi oleh Revolusi Inggris dan lahirnya perusahaan raksasa di Amerika Serikat.
a. Secara sederhana, organisasi adalah suatu kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat dengan peraturan yang ada.
b. Organisasi ialah suatu wadah atau tempat untuk melakukan kegiatan bersama, agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
c. Ciri-ciri organisasi ialah:
1) terdiri daripada dua orang atau lebih,
2) ada kerjasama,
3) ada komunikasi antar satu anggota dengan yang lain,
B. FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN menurut Para Ahli :
1. Menurut George R.Terry
- Perencanaan (Planning);
- Pengorganisasian (Organizing);
- Penggerakan (Actuating);
- Pengawasan (Controlling).
2. Menurut Luther M. Gulick yang disadur oleh Dr. BN.Silalai
- Perencanaan (Planning);
- Mengorganisir (Organizing);
- Melengkapkan Tenaga Kerja (Staffing);
- Mengarahkan (Directing);
- Menyelaras/Mengkoordinir (Coordinating);
- Melaporkan (Reporting);
- Menyusun Anggaran (Budgeting).
3. Menurut Henry Fayol
- Perencanaan (Planning);
- Mengorganisir (Organizing);
- Memerintah (Commanding);
- Mengkoordinir (Coordinating);
- Mengawasi (Controlling).
4. Menurut Koontz dan O. Donnel
- Perencanaan (Planning);
- Mengorganisir (Organizing);
- Melengkapkan Tenaga Kerja (Staffing);
- Mengarahkan (Directing);
- Mengawasi (Controlling).
C. BENTUK BAGAN ORGANISASI
1. Bentuk piramid. Bentuk yang paling banyak digunakan karena sederhana, jelas dan mudah dimengerti. Contohnya :
2. Bentuk vertikal. Bentuk yang agak menyerupai bentuk piramid dalam hal pelimpahan kekuasaan dari atas ke bawah, hanya bagan vertikal berwujud tegak sepenuhnya.
3. Bentuk horizontal. Bagan ini digambarkan secara mendatar, aliran wewenang dan tanggung jawab digambarkan dari kiri ke kanan. Contohnya :
4. Bentuk lingkaran. Bagan ini menekankan pada hubungan antara satu jabatan dengan jabatan lain. Contohnya :
Langganan:
Postingan (Atom)