Selasa, 18 Oktober 2011

MOTIVASI, KOMUNIKASI DAN KEPEMIMPINAN (tugas 4)

A. Motivasi

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan

Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.

Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.

• Mc Gregor
Teori perilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.

• Abraham Maslow

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex, (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual, (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs), (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status, (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

• David Mc Celland

Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat, (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya, (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

• Herzberg
Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.

1. Jenis-Jenis Motivasi


Menurut Sardiman (2005:89-91), motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif–motif (daya penggerak) yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena di dalam diri setiap individu sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu.

b. Motivasi Ekstrinsik
Dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu itu bersumber pada suatu kebutuhan kebutuhan yang harus dipenuhi.

B. Komunikasi

1. Macam-macam Jaringan Komunikasi

a. Local Area Network (LAN)

LAN merupakan jaringan milik pribadi di dalam sebuah gedung atau kampus yang berukuran sampai beberapa kilometer. LAN seringkali digunakan untuk menghubungkan komputer-komputer pribadi dan workstation dalam kantor suatu perusahaan atau pabrik-pabrik untuk memakai bersama sumberdaya (resouce, misalnya printer) dan saling bertukar informasi.

b. Metropolitan Area Network (MAN)

MAN pada dasarnya merupakan versi LAN yang berukuran lebih besar dan biasanya menggunakan teknologi yang sama dengan LAN. MAN dapat mencakup kantor-kantor perusahaan yang letaknya berdekatan atau juga sebuah kota dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pribadi (swasta) atau umum. MAN mampu menunjang data dan suara, bahkan dapat berhubungan dengan jaringan televisi kabel.

c. Wide Area Network (WAN)

WAN jangkauannya mencakup daerah geografis yang luas, seringkali mencakup sebuah negara bahkan benua. WAN terdiri dari kumpulan mesin-mesin yang bertujuan untuk menjalankan program-program (aplikasi) pemakai.

d. Internet
Sebenarnya terdapat banyak jaringan didunia ini, seringkali menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang berbeda-beda . Orang yang terhubung ke jaringan sering berharap untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain yang terhubung ke jaringan lainnya. Keinginan seperti ini memerlukan hubungan antar jaringan yang seringkali tidak kampatibel dan berbeda. Biasanya untuk melakukan hal ini diperlukan sebuah mesin yang disebut gateway guna melakukan hubungan dan melaksanakan terjemahan yang diperlukan, baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Kumpulan jaringan yang terinterkoneksi inilah yang disebut dengan internet.

e. Peer-to-Peer
Peer artinya rekan sekerja. Peer-to-peer network adalah jaringan komputer yang terdiri dari beberapa komputer (biasanya tidak lebih dari 10 komputer dengan 1-2 printer). Dalam sistem jaringan ini yang diutamakan adalah penggunaan program, data dan printer secara bersama-sama. Pemakai komputer bernama Adi dapat memakai program yang dipasang di komputer Ida, dan mereka berdua dapat mencetak ke printer yang sama pada saat yang bersamaan.

Sistem jaringan ini juga dapat dipakai di rumah. Pemakai komputer yang memiliki komputer ‘kuno‘, misalnya AT, dan ingin membeli komputer baru, katakanlah Pentium IV atau DialCore, tidak perlu membuang komputer lamanya. Ia cukup memasang netword card di kedua komputernya kemudian dihubungkan dengan kabel yang khusus digunakan untuk sistem jaringan. Dibandingkan dengan ketiga cara diatas, sistem jaringan ini lebih sederhana sehingga lebih mudah dipejari dan dipakai.

C. Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sesuai dengan tugas-tugas yang dilaksanakannya.

Locke et al(1991) mendefinisan kepemimpinan sebagai proses membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama. Sementara itu George R. Terry mengatakan bahwa, kepemimpinan adalah hubungan dimana di dalamnya antara orang dan pemimpin saling mempengaruhi agar mau bekerjasama berbagi tugas untuk mencapai keinginan sang pemimpin.

Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik suatu konklusi yang sama, bahwa masalah kepemimpinan adalah masalah sosial yang didalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik itu dengan cara mempengaruhi atau membujuk. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuanya dalam melaksanakan program-program yang telah ada, tetapi lebih dari itu ia harus mampu melibatkan seluruh lapisan organisasinya atau masyarakatnya untuk turut andil berperan secara aktif, sehingga akan memberikan kontribusi yang positif pula.

2. Gaya Kepemimpinan
Untuk meningkatkan efektiftas kepemimpinan dengan cara menyesuaiakan situasi dan kebutuhan/motivasi para bawahan, Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya. Reddin (1987) mengemukakan beberapa gaya kepemimpinan yang efektif sebagai gaya kepemimpinan esklusif, otokratik, pembina/pengembang, dan gara kepemimpinan birokratik. Sedangkan G.R. Terry membagi tipe-tipe kepemimpinan dalam enam tipe, yaitu tipe kepemimpinan pribadi, non pribadi, otoriter, demokratis, paternalistik dan tipe kepemimpinan menurut bakat. Sedangkan menurut kurt lewin, tipe-tipe kepemiminan ada tiga yaitu otokratis, demokratis dan Laissez-faire.

a. Gaya kepemimpinan eksklusif
yaitu pemimpin yang memperhatikan efektifitas, indvidualitas bawahan, dan kepentingan organisasi. Pemimpin ini bermotivasi tinggi, memperlakukan para bawahan sesuai individualitasnya msisng-masing, dan merupakan tim manajer.

b. Gaya kepemimpinan pembina/pengembang
yang menekankan efektifitas dan individu bawahan. Pemimpin berusaha mengembangkan potensi setiap bawahannya.

c. Gaya kepemimpinan birokratik
yaitu pemimpin yang menekankan efektifitas atas dasar peraturan dan prosedur. Pemimpin sangat terikat oleh peraturan dan prosedur ini. Yang seringkali hanya efektif terhadap pelaksanaan peraturan dan prosedur, belum tentu efektif terhadap tujuan organisasi.

d. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership)

Dalam sistem kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.

e. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership)
Segala sesuatu kebijakan dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.

f. Tipe kepemimpinan paternalistik

Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebaoakan dalam hubungan dalam hubungan pemimpin dengan kelompok. Tujuannya adlah untuk melindungi dan memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya. Adapun siaft-sifat pemimpin tipe paternalistik ialah:

- Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
- Bersikap terlalu melindungi
- Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif dan mengambil keputusan
- Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengabil inisiatif dan mengambil keputusan
- Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembagkan daya kreasi dan fantasi
- Sering bersikap maha tahu

g. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indegenous leadership)
Biasanya, kepemimpinan tipe ini timbul dari kelompok orang-orang informal, dimana mungkin mereka berlatih dengan adanya sistem kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan. Biasanya juga akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan diantara yang ada dalam kelompok tersebut menurut bidang keahliannya, dimana ia ikut berkecimpung.

h. Tipe kepemimpinan militeristik

Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut :
- Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan
- Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya
- Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan
- Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
- Sukar menerima kritikan dari bawahannya
- Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

i. Tipe Kepemimpinan Otokratis

Pemimpin yang bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
- Sifat-sifat pemimpin yang otokratis:
- Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
- Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
- Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
- Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
- Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya
- Dalam melakukan penggerakan sering mempergunakan pendekatan yang mengandung paksaan dan punitif (bersifat hukuman).

j. Tipe Kepemimpinan Demokratis

Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sam dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai pottensi yang berharga dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.
Ciri-ciri pemimpin yang demokratis:
- Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
- Selalu mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi para bawahannya
- Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya.
- Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan
- Memberikan kebebasan seluas luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibimbing dan diperbaiki agar tidak lagi berbuat kesalahan yang sama
- Selalu berusaha menjadikan bawahannya lebih sukses darinya
- Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin

k. Tipe Kepemimpinan Laissez-faire
Pemimpin yang bertipe demikian segera menyerahkan sepenuhnya kepada bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggug jawabnya, setelah tujuan diterangkan kepadanya. Ia akan menerima laporan-laporan hasilnya dengantidak terlampau inisiatif. Semua pekerjaan tergantung pada inisiayif dan prakarsa dari para bawahan. Denandemikian, ia dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya untuk bekerja bebas tanpa hambatan.

l. Tipe Kepemimpinan Transformasional

Burn (1978) menjelaskan kepemimpinan transformasional sebagai suatu proses yang pada dasrnya para pemimpin dan pengikutnya saling menaikkan diri ketingkat moralitas dan motivasi yang tinggi. Para pemimpin adalah seorang yang sadar akan prinsip perkemangan organisasi dsn kinerja manusia sehingga ia berupaya mengembangkan segi kepemimpinannya secara utuh melalui pemotifasian terhadap setaf dan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan, dan kemanusiaan, bukan didsarkan pada emosi seperti mislanya keserakahan, kecemburuan, atau kebencian.
Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memiliki wawasan jauh kedepan dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini tapi masa dtang. Oleh karena itu pemimpin tranformasional adalah pemimpin yang dapat dikatakan pemimpin yang visioner.

Diantara karakteristik kepemimpinan transformasional ;
- Mempunyai kharisma yang telah diakuki oleh pengikutnya
- Menjadi sumber inspirasi bagi bawahannya dalam menciptakan etos kerja dan kinerja yang baik
- Mempunyai kepedulian dan empati terhadap bawahannya secara personal
- Mamapu menstimulasi pemikiran dan ide-ide bawahannya dengan baik.

m. Tipe Kepemimpinan Transaksional

Adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang diemban bawahan. Pemimpin adalah seorang yang men-design pekerjaan beserta mekanismenya, dan staf adalah seorang yang melasanakan tugas sesuai dengan kemmpuan dan keahlian.
Kepemimpinan transaksional lebih difokuskan pada peranannya sebagai manajer karena ia sangat terlibat dalam aspek-aspek prosedural manajerial yang metodologis dan fisik. Dikarenakan sistem kerja yang jelas dan merujuk kepada tugas yang diemban dan imbalan yang diterima sesuai dengan derajat pengorbanan dalam pekerjaan, maka kepemimpinan transaksional yang sesuai diterapkan ditengah-tengah staf yang belum matang, dan menekankan pada pelaksananaan tugas untuk mendapatkan intensif bukan pada katualisasi diri. Oleh karena itu kepemimpinan transaksional dihadapkan pada orang-orang yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dari segi sandang , pangan, dan papan.

Diantara ciri-cirinya;
- Para pemimpin percaya bahwa orang lebih cenderung senang diarahkan.
- Dorongan kontingen dalam bentuk reward dan punishment yang telah disepakati dalam kontrak kerja
- Pemimpin enggan membagi pengetahuan kepada staf

n. Tipe Kepemimpinan Visioner

Kepemimpinan adalah hal penting dalam organisasi. Sebagaimana dikatakan rasulullah,”apabila keluar tiga orang dalam suatu perjalanan, hendaknya salah seorang mereka dijadikan pemimpin” (al hadits). Suatu organisasi memiliki kompleksitas, baik barang/jasa maupunide, menghadapi berbagai perubahan yang senantiasa melingkupi setiap saat, menghadapi berbagai karakteristik personel yang dapat mengembangkan maupun melelahkan. Hal ini akan menjadi alasan diperlukan orang yang tampil mngatur, memberi pengaruh, menata dan mendamaikan, memberi penyejuk, dan dapat menetapkan tujuan yang tepat saat anggota tersesat atau kebingungan menetapkan arah. Disinilah perlunya pemimpin yang melaksanakan kepemimpinan.

o. Kepemimpinan kharismatik
Yang telah diketahui oleh para sarjan sebab sebab pemipin itu kharismatik adalah bahwa pemimpin itu mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.

Diantara karakteristik kepemimpinan kharismatik,
- Biasanya terdapat pad diri pemimpin agama, politik, dan gerakan sosial
- Memiliki kelebihan dan keutamaan karena anugerah tuhan, yaitu faktor bawaan sejak lahir yang dapat menumbuhkan kharisma. Memang ada diantara manusia yang dilahirkan dengan membawa gharizah (insting) dan potensi kepemimpinan yang kuat. Akat inilah yang kemudian ditumbuhkembangkan dan disalurkan kearah yang lebih baik, sehingga menjadi pemimpin yang sejati.
- Cenderung memiliki kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan, rasa percaya diri, pendirian dalam keyakinan, dan cita-citanya.
- Membutuhkan kekuasaan sebagai motivasi dan wasilah untuk mempengaruhi pengikutnya
- Memiliki rasa percaya diri dan pendirian yang kuat, yang akan meningkatkan besarnya rasa percaya diri para pengikutnya terhadap pertimbangan, pendapat keputusan, dan kebijakan pemimpin tersebut.

p. Tipe developer dan tipe compromiser

Tipe developer/pembangun
sifatnya: kreatif, dinamis, inovatif, memberikan atau melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan kepada bawahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar